Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sebelumnya marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahaesa atas karuniaNya sehingga kita masih dapat bertemu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII IPA 4 ini. Pada kesempatan kali ini, saya akan memaparkan tentang sebuah fenomena yang terjadi di kalangan remaja dewasa ini. Alay.
Teman-teman yang berbahagia.
Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Anak lebay, Anak Layu, atau Anak keLayapan yang biasanya dihubungkan dengan anak JARPUL (Jarang Pulang). Tapi yang paling sering digunakan adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yg sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Konon asal usulnya, alay diartikan "anak kampung", karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan. Menurut sosiolog Koentjoroningrat, alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudii Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya . Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar.
Teman-teman yang budiman.
Kali ini saya akan lebih menitik beratkan pandangan pada gaya tulisan alay. Seperti judul yang saya angkat “Fenomena Remaja Alay Merusak Bahasa”. Gaya tulisan alay identik dengan :
1. Penggunaan huruf besar dan kecil pada kata.
2. Penggunaan simbol atau angka untuk menggantikan huruf.
3. Penambahan huruf yang berlebihan.
4. Penggunaan huruf yang terlalu singkat.
5. Tulisan yang tidak sesuai dengan ejaan, sehingga seringkali orang bingung membacanya.
Fenomena alay sendiri lebih dominan di dunia maya. Alay menunjukkan keeksisannya di beberapa jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Yahoo! Koprol, Plurk, My Space, Friendster dan lain sebagainya. Tapi, tidak jarang juga alay di temukan dalam bahasa sehari-hari, misalnya dalam SMS, yang membuat penerimanya bingung karena tidak dapat memahami apa yang disampaikan. Diakui atau tidak, fenomena alay membuat sebagian besar orang merasa terganggu. Seperti yang telah saya jelaskan tentang definisi alay menurut Koentjaraningrat di depan.
Teman-teman yang saya banggakan.
Budaya alay, lambat laun dikhawatirkan akan merusak bahasa Indonesia. Jika fenomena ini berlangsung lama, dikhawatirkan penggunaan bahasa yang baik dan benar akan semakun pudar dan bisa saja terlupakan oleh masyarakat. Bahkan, kini semakin banyak siswa yang bingung mengerjakan tugas bahasa Indonesia, sementara sangat lancar jika menulis status Facebook atau bahkan notes hingga ratusan kata. Semakin banyak pula siswa yang tidak mengetahui bagaimana cara menulis dengan EYD. Pengamat Komunikasi Dian Budiargo menuturkan bahwa penggunaan bahasa alay bisa merusak tatanan bahasa Indonesia. Jika digunakan dalam bahsa pergaulan lisan sehari-hari, sah-sah saja. Namun jika digunakan pada acara formal, maka akan muncul anggapan rendahnya tingkat profesionalisme seseorang dalam suatu hubungan kerja.
Teman-teman yang arif.
Seperti kata pepatah, bahasa menunjukan bangsa, marilah kita jaga harkat martabat kita sebagai bangsa Indonesia dengan menjaga tatanan bahasa kita. Bukan beratri kita harus berbicara saklek menggunakan EYD, tapi hendaknya kita dapat memposisikan kapan kita harus berbicara resmi dan kapan kita bisa berbicara sesuai pergaulan. Jadilah pemuda-pemudi Indonesia yang arif dalam menyikapi akulturasi budaya di zaman globalisasi ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf bila dalam meyampaikan pidato ini saya melakukan kesalahan. Billahi taufik wal hidayah.
Wassalamu’ailaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Nama : Sekar Dirgantari H. Kelas : XII IPA 4 Absen : 27 |
0 komentar:
Posting Komentar