26 Desember 2011
Ini liburan natal, namun saya memilih untuk tidak pulang ke
Magelang karena ada agenda AAI kemarin. Diam di kost saat hari libur sama
sekali tidak menyenangkan dan membuat mood saya buruk.
Saya berjalan menuju ATM sebuah bank swasta yang ada di MM
UGM. Dengan penampilan seadanya dan sama sekali tidak matching from head to toe L. Training hitam, baju
batik hijau, kerudung biru dan sepasang sandal berbentuk hati warna merah muda.
Sandal ini bersejarah. Ini adalah sandal yang saya pesan
bersama teman-teman sebelum liburan ke Bali tahun 2010. Saya, Ririn (Hans
Fithria Fajrin|Pendidikan Kimia 2011-UNS), Rezi (Rezi Exacti Nuar|Akper Kesdam
Magelang 2011) dan Titik (Titik Nur Istiqomah|PGSD 2011-UNY) memesan sandal
berbentuk hati. Masing-masing kami memiliki warna sendiri dan kompakan
memakainya selama liburan.
Setelah sampai di MM UGM, gerbang sebelah timur si depan ATM
dirantai dan digembok. Mungkin karena memang sedang libur cuti bersama. Oke,
karena saya memang butuh ambil uang dan tidak punya pekerjaan di kost, saya
memutuskan mengambil uang di ATM Center RSU. Dr. Sardjito. Itu artinya
perjalanan 30 menit jalan kaki dari MM UGM dengan kecepatan kucing. J
It’s oke. Saya suka jalan kaki, dan itu sering mengembalikan mood saya yang
hilang.
Menemui banyak hal di
jalan, mengamati berbagai macam orang. Saya benar-benar kurang kerjaan!
Akhirnya, daripada saya sia-sia jalan jauh, saya melanjutkan
perjalanan ke kost teman saya Wimar (Dewi Maria Rahayu|Geofisika 2011-UGM),
berharap dia mau menemani saya makan di tempat makan favorit saya di dekat
kostnya, Kolam Ik*n. Dia tercengang melihat saya datang pagi-pagi (sebenarnya
itu sudah jam 10 pagi). Tampaknya dia sudah mencium gelagat saya, datang ke
kostnya hanya alibi untuk minta ditemani makan. Haha… Akhirnya dia dan teman
sekamarnya, Yiko (Yiko Chi Damara|Farmasi 2011-UGM) menemani saya makan bandeng
bakar.
Selesai makan, Yiko meminta saya dan Wimar menemaninya
membeli kado untuk adiknya. Oke, diajak belanja tentu saja saya bahagia J.
Kami berangkat ke Mirot* Kamp*s jalan kaki (lagi). Wimar
menasehati saya, untuk ganti sandal. Hm… saya merasa nyaman kok, dan saya rasa
tidak perlu ganti sandal.
Saat itu hampir jam 12 siang, dan panasnya Jogja membuat
ubun-ubun saya berdenyut. Hssssh….
Kami berjalan dengan bahagia, ngobrol ini-itu ke sana-ke
mari.
Di trotoar depan kampus MIPA Selatan (Milan), tepat di
tengah antara Mirot* Kamp*s dengan Kopm* UGM, saat saya melintas di antara pot
tanaman palem dan mobil Yar*s merah, upppss…. SANDAL SAYA PUTUS! Huwaaaaaaa….
TIDAK! Wimar dan Yiko tertawa terbahak-bahak sampai mata mereka tinggal
segaris.
Pilihan untuk membeli sandal terdekat tidak ada, karena kami
tepat beradai di tengah Mirot* Kamp*s dan Kopm* UGM, sama jauhnya sama
panasnya. Sangat tidak mungkin saya melepas sandal dan berjalan di trotoar yang
panas dan sepertinya akan segera meleleh karena terik matahari! Oke, saya
berjalan dengan menyeret sandal. Membiarkan harga diri tercecer-cecer… Hish…!
Sekitar 5 langkah dari Tempat Kejadian Perkara, tiba-tiba
seperti anugerah dari langit, kami menemukan sebuah sandal hijau sebelah kanan
di pot palem ! *Jika digambarkan dalam komik saya yakin backgroundnya
bintang-bintang berbinar…
Yiko dan Wimar melanjutkan tawa mata segaris mereka sampai
guling-guling mungkin kalau bisa! Dan mereka memaksa saya MEMAKAI sandal hijau
sebelah itu! OKE!!! Mengingat harga diri yang sudah tercecer sebelumnya,
akhirnya saya menguras habis harga diri untuk saya memakai sandal hijau itu
berdampingan dengan sandal pink hati saya yang tinggal sebelah.
Saya berjalan dengan sok pede di depan kedua teman sipit
saya, padahal dalam hati saya malu setengah mati. Jalan ke Mirot* Kamp*s sama
dengan menyeberang jalan 2 kali. Saya berusaha jalan dengan bisa, seolah-olah
tidak terjadi apa-apa walaupun banyak pengendara yang berhenti di lampu merah
memandangi kedua sandal saya yang tidak sama dengan pandangah setengah melotot
setengah terbelalak. Saya masuk ke parkiran sepeda motor di depan Mirot* Kamp*s
dan tersenyum bodoh pada tukang parkir. Kemudian tersenyum sok lugu pada satpam
di depan escalator dan naik menyusul kedua teman saya. Jahat sekali mereka L.
Buru-buru saya mengambil sandal merah, dan minta tolong
Wimar membayar di kasir. Okeee… saya akan simpan sandal hijau ini, siapapun
yang meninggalkan sandal hijau ini, saya berhutang budi pada Anda.
Kadang, Anda harus mendengar,
yang benar-benar mendengar.
Karena mendengarkan, membuat Anda memahami, atau paling tidak
mengerti.
Saya belajar, mempertimbangkan pendapat orang lain itu
penting.
Namun, bukan berarti selalu menuruti apapun pendapat orang
lain dan tidak memiliki prinsip hidup sendiri.
Terimakasih untuk sahabat-sahabat saya yang selalu ada untuk
mengingatkan…
0 komentar:
Posting Komentar